Dengan rata-rata kecepatan motor antara 40-70 km/jam saya bisa sampai tujuan dalam waktu 2,5 jam. Oiya, saya tidak sendiri, tapi ditemani oleh temen kerja, namanya mba Retno. Sepanjang jalan saya melihat pemandangan alam yang masih hijau, jauh dengan polusi dan kemacetan di Denpasar. Tapi eh tetapi ada yang lebih menghebohkan lagi selain macet dan polusi, yaitu tikungan, hujan dan kabut....
Rute perjalanan menuju Singaraja adalah : Denpasar-Badung-Tabanan-Bedugul-Gitgit-Singaraja...
Asli jauh banget, sampai-sampai saya harus berhenti beberapa kali untuk meredakan bokong yang pegal...
Perjalanan dimulai pukul 07.00 WITA dari denpasar (Jl. Nangka). Menuju terminal ubung (Denpasar), jalanan sudah mulai ramai dengan kendaraan beroda dua dan empat. Entah itu para pekerja, anak sekolah, atau ibu-ibu yang baru pulang dari pasar. Yang jelas perjalanan kami sempat terhambat oleh kemacetan lalu lintas di daerah Mengwi (Badung). Untungnya setelah sampai Kab. Tabanan jalanan sudah mulai lancar.
Tabanan merupakan kawasan hijau, dimana kita dapat melihat hamparan sawah dan perkebunan sayur dan buah di kanan dan kiri jalan. Medan jalanan masih lurus-lurus saja dan belum terlalu banyak tikungan.
Memasuki wilayah Bedugul, tikungan sudah mulai banyak kami jumpai. Kecepatan kendaraan yang melintas pun semakin tinggi. Jika disamakan dengan wilayah di pulau Jawa, Bedugul itu semacam Batu (Malang) atau Puncak (Bogor) sehingga saya dapat merasakan sensasi dingin yang lumaya membuat badan bergidig. Suhu di Bedugul dapat mencapai 18-22 derajat celcius di siang hari dan 10-16 di malam hari, cukup dingin bukan?
Sama halnya dengan wilayah puncak, di kanan dan kiri jalan kita dapat menjumpai beragai warung kopi dan warung-warung yang menjual makanan tempat para pengendara beristirahat. Ada beberapa tempat menarik yang bisa dijadikan area singgah, yang pertama adalah kawasan Kebun Raya Ekakarya dan Danau Beratan.
Kebun Raya Bedugul adalah hutan suaka alam yang memiliki 16 ribu jenis tanaman yang ditata menjadi sebuah taman besar yang indah, jadi sambil beristirahat juga bisa samil berwisata menikmati keindahan alam bukan?
Memasiki wilayah buleleng, yaitu desa Gitgit yang merupakan kawasan pegunungan, tikungan sudah semakin curam. Saya masih beruntung karena saat itu (sekitar pukul 8.30 WITA) kabut belum terlalu tebal dan hujan belum turun. Tetapi ketika kembali dari Singaraja menuju Denpasar, keadaan di Gitgit berbalik 360 derajat. Saat itu sekitar pukul 16.00 (WITA), saya dan mba Retno hampir tidak bisa melihat jalanan dengan jelas karena tertutup kabut yang sangat tebal, ditambah lagi tetesan hujan yang lumayan tajam cukup membuat nyali kami ciut. Kami hanya berani melaju dengan kecepata maksimal 30 km/jam saja. Seluruh kendaraan yang melintas menyalakan lampu untuk menghindari kecelakaan. So, untuk yang baru pertama kali akan menunjungi Buleleng, saya sarankan untuk tidak melakukan perjalanan diatas jam 14.00 WITA. Oiya, katanya di gunung Gitgit ini banyak terdapat monyet juga lho..
Gitgit 16.00 WITA
Wilayah Singaraja sendiri tidak seperti desa Gitgit yang sangat sepi. Wilayah ini lumayan ramai, tetapi juga tidak seramai Denpasar. Berbagai fasilitas umum seperti puskesmas, rumah sakit, pasar, bank, supermarket bahkan pusat perbelanjaan sudah tersedia.
Kabarnya Singaraja merupakan wilayah penghasil durian yang rasanya enak lho.. harganyapun relatif lebih murah dibandingkan dengan di Denpasar. Pantas saja sepanjang jalan saya melihat banyak penjual durian, rupanya sedang musim.. hmmm.. jadi penasaran untuk mencicipi lezatnya durian Singaraja...
haaaaaahhh... setelah berkendaraan sekitar 12 jan, akhirnya saya sampai lagi di kota denpasar (17.30 WITA)
dengan selamat. Tidak lupa saya mengucapkan syukur kepada Sang Khaliq Allah SWT atas pengalaman saya hari ini...
see u on my next journey..
No comments:
Post a Comment